Wednesday, September 4, 2019

Kuasa Maha Gusti

puja puji perangai takdir
lesu tersungkur derap langkah seorang martir

sembahyang tentang hidup
kerongkongan penuh doa keliru rangkup

--

aku belum ingin pulang
aku bersikeras hilang
lekas usai dunia yang membekas
keras gapai mimpi dan dosa yang tak impas

anakku butuh hati
istriku meminta agar aku tidak mudah mati
kuasa maha gusti
pada waktu, aku menagih arti

lengang separuh wangi tubuh
luka lupa tempat berlabuh
ringan suara pada telinga subuh
dadaku bernyanyi sangat riuh

ditikam perintah cacat arah
gelagat piawai luput dari celah
benar benar merasa salah
tapi enggan menunduk kalah

mengalah

aku siap tetap tegap
menari dengan senyum kalap
hingga dunia di dalam aku lenyap
hingga aku di dalam dunia senyap

Monday, April 9, 2018

Elegi Ekalia Respati: Hakikat Mataku dan Matamu

masa lampau
ialah rahim ibu
dan riuh kota
yang sangat sunyi

satu jam berlalu
setelah kau
untuk kesekian kalinya
berpesta dan membunuh
anak-anak harapan
yang berlarian dalam mimpiku

dan dadaku
sesaknya ramai sekali
ada gemuruh yang rakus
yang tidak berhenti
seperti pertama kali
ciuman itu terhapus
oleh lipstik yang baru

suaramu tidak terdengar
kekalmu tidak hendak selesai
bibirmu makanan favoritku
setelah rindu berpuasa sehari penuh

aku tahu kau sedang baik-baik saja
mengetahui aku yang sedang rindu-rindunya

seperti mataku
yang tentram
dan terasa istimewa
melihat
yang entah matamu
merasa asing
dan rahasia

dan jalan yang sangat ramai itu,
selalu mampu membuatku menemukan
satu-satunya yang
sampai detik ini
mataku kenali sebagai matamu.

Wednesday, February 7, 2018

Elegi Ekalia Respati: Kisah Sebentar

sesak rasanya pernah jatuh
di matamu yang dahulu teduh
yang kini bahkan
sebelah mata pun tak akan
menatap mataku
yang nanar meratap abu-abu

sesak rasanya telah sangat
merasa bahwa kecup di bibir malam itu
ialah janji yang mengikat
agar kita abadi menjelma waktu

sesak rasanya merasa nyaman
memelukmu sampai tertidur
hanya tak ingin kamu kedinginan
sebab di luar sedang hujan tak teratur
Anyer menuju pulang
aku merasa gemuruh di dada sangat panjang
sampai aku lupa
wanita lain menunggumu dengan lengan terbuka

sesak rasanya pernah sangat sabar
menunggumu sekadar memberi kabar
sebab rindumu mungkin terbagi
dan aku bukanlah sebuah janji yang pasti

sesak rasanya pernah merasakan
menggenggam mungil tanganmu penuh harapan
dan cerita tentang masa yang tidak menyenangkan
seperti saling menemukan jawaban atas resahnya pertanyaan

dan aku sungguh memaklumi
apa yang membuat kita tidak lagi saling menanti

sebagai yang terlempar
dari sebuah kisah sebentar
aku menunggumu membuat waktu
agar kita bertemu
berdua
di sebuah obrolan terbuka
berdua saja
saling mengobati hati yang terluka
hanya berdua saja
agar puas rasanya merawat rindu yang sangat buas
hanya

      berdua

           saja.
posudara © , All Rights Reserved. DESIGN BY Sadaf F K.